Sunday, September 25, 2016

PLTS kapasitas 150 KW di Maybrat Papua Barat


Sorong (ANTARA News) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 150 kilowatt di Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat.

"Pembangunan PLTS di Kabupaten Maybrat dilaksanakan tahun ini di tiga lokasi yang sudah disiapkan Pemkab setempat," katanya saat peluncuran Program Indonesia Terang di Kabupaten Maybrat pada Kamis (21/4)," kata Bupati Maybrat Karel Murafer di Sorong, Sabtu.

Dia mengatakan, pembangunan PLTS berkapasitas 150 KW di Kabupaten Maybrat tersebut merupakan Program Indonesia Terang yang tujuannya guna memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia.

Pembangunan PLTS di Kabupaten Maybrat tersebut ditargetkan tuntas pada akhir tahun ini. Namun jika terjadi keterlambatan pembangunan masyarakat harus dimaklumi karena medan daerah tersebut cukup sulit.

Program Indonesia Terang bukanlah sebuah proyek Kementerian ESDM tetapi suatu gerakan Indonesia untuk menjawab kebutuhan listrik masyarakat yang ada di pedesaan daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan.

Dijelaskan, listrik adalah kebutuhan utama dan apabila seluruh kampung Kabupaten Maybrat telah dialiri listrik 24 jam, maka sudah pasti masyarakat akan memanfaatkannya sebagai pendukung berbagai usaha ekonomi guna meningkatkan pendapatan mereka.

Bupati Maybrat Karel Murafer yang memberikan keterangan pada kesempatan terpisah, mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat kampung di wilayah Maybrat belum menikmati listrik 24 jam.

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Maybrat mendukung penuh Program Indonesia Terang yang dicanangkan Presiden Jokowi melalui Kementerian ESDM.

"Kami berharap Program Indonesia Terang membangun PLTS berkapasitas 150 KW di Kabupaten Maybrat berjalan dengan baik sehingga seluruh kampung dapat dialiri listrik 24 jam," katanya.

Dubai akan bangun PLTS 1.000 MW

Dubai (ANTARA News) - Dubai mengumumkan pada Kamis (2/6) rencana untuk membangun sebuah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 1.000 megawatt (MW) sebelum 2030, tahun yang mereka tergetkan untuk beralih ke energi terbarukan guna memenuhi 25 persen kebutuhan listrik.

Tahap pertama pembangunan PLTS tersebut ditargetkan untuk menghasilkan 200 MW pada April 2021, kata Otoritas Air dan Listrik Dubai (Dubai Water and Electricity Authority /DEWA).

"Proyek ini akan jadi PLTS terbesar di dunia," kata  kepala DEWA Saeed al-Tayer, seperti dilaporkan AFP.

Otoritas listrik itu sedang mencari perusahaan swasta untuk membangun dan mengoperasikan PLTS tersebut dan menjual listrik ke perusahaan publik yang bergerak di bidang distribusi.

Dubai membuka sebuah pembangkit listrik 13 MW pada Oktober 2013, sementara satu pembangkit listrik lainnya diperkirakan akan mulai beroperasi pada April 2017, dengan kapasitas 200 MW. 

Menentukan data radiasi matahari bulanan dan tahunan dari data AWS

Dari posting sebelumnya telah didapatkan data radiasi matahari harian yang satuannya berupa W/m2 atau bila satuannya dijadikan kWh/m2 maka nilai data tersebut dibagi 1.000

Data radiasi matahari harian ini kurang bermakna dan belum berguna karena hanya menampilkan data pada satu hari tertentu saja. Data yang sering digunakan dan dijadikan rujukan untuk perhitungan ialah data radiasi tahunan. Untuk mendapatkan data radiasi matahari tahunan suatu daerah harus ditentukan dahulu data bulanannya. Sejumlah alat bantu berupa hardware atau software telah banyak dikembangkan untuk mengolah data ini secara otomatis. Adapun pengolahan data dari sumber radiasi matahari harian yang dibahan disini berupa cara penjumlahan manual menggunakan worksheet Ms excel.

Data radiasi matahari harian yang telah didapatkan dibariskan dari tanggal 1 sampai tanggal 30 atau akhir setiap bulan dan dirata-ratakan sehingga didapatlah data radiasi matahari harian setiap bulannya.


Dari data radiasi rataan bulanan tersebut kemudian dibariskan lagi dari Januari sampai Desember untuk mendapatkan data radiasi matahari tahunan.


Sekian semoga bermanfaat.

Saturday, September 24, 2016

Mengolah data radiasi matahari dari data AWS


Data yang tersedia dari data AWS masih berupa data mentah yang berbentuk teks dan tersusun dari sejumlah data cuaca, sehingga untuk dapat dipergunakan harus diekstrak atau diolah terlebih dahulu. Adapun prosedur yang dilakukan penulis dalam mengolah data AWS tersebut sebagai berikut:
  1. Konversikan terlebih dahulu file data ke dalam pengolah data worksheet seperti Ms.Excel
  2. Ada tiga jenis data seputar radiasi matahari, yaitu pada kolom S,T dan U, cari kolom T dengan label atas [Solar rad.] yang berisi data radiasi matahari.
  3. Kolom T tersebut tidak memiliki satuan, namun karena nilainya berkisar dari 0 sampai sekitar 900, maka dapat dianggap bahwa satuannya berupa W/m2
  4. Bersama dengan kolom T, copy atau pindahkan juga kolom A dan B yang masing-masing berisi tanggal dan waktu ke worksheet yang baru. Pemindahan pada worsheet baru akan memudahkan untuk membaca dan bertujuan agar tidak tumpang tindih dengan data-data lainnya
  5. Setelah tiga kolom T tersebut dipindahkan kemudian sortir atau hapus baris yang tidak diperlukan seperti data yang berisi radiasi pada waktu sebelum pukul 06.00 dan sesudah pukul 18.00, data tersebut sangat kecil nilainya dan sering berisi 0, oleh karenanya dapat diabaikan. Dengan demikian kita hanya mempergunakan data dengan rentang waktu dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00
  6. Untuk mendapatkan nilai rata-rata radiasi harian (dalam Wh/m2), jumlahkan (mempergunakan Sum) data tersebut kemudian bagi 4 (karena data merupakan interval setiap 1/4 jam) seperti pada gambar 1.
  7. Untuk mendapatkan nilai rata-rata radiasi harian per jam, rata-ratakan (mempergunakan Average) kolom radiasinya per jam, misal pukul 06.00 sampai 06.59 dimulai pada pukul 06.00 sampai akhir setiap hari/tanggal pada pukul 18.00 sehingga total ada 12 data rata2 per jam rad pada setiap hari. Untuk mempermudah gunakan formula average tersebut disebelah kanan dari data radiasi, dicontohkan pada gambar 2.
  8. Data rataan per jam tersebut apabila ditampilkan pada grafik dapat dilihat seperti gambar 3.
gambar 1

gambar 2

gambar 3

Monday, September 19, 2016

Tahun Depan Australia Bangun 12 PLTS Baru

Badan Energi Terbarukan Australia (ARENA) mengatakan pembangunan 12 pembangkit listrik tenaga matahari baru di Australia akan meningkatkan kemampuan nasional Australia dalam memproduksi listrik skala besar dengan memanfaatkan tenaga surya di Australia hingga 3 kali lipat.
Badan yang didanai pemerintah federal Australia ini mengumumkan investasi senilai $92 juta untuk pembangunan 6 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Queensland, 5 di New South Wales dan satu di Cervantes, Australia Barat.

ARENA mengatakan proyek ini akan meningkatkan kapasitas listrik tenaga surya Australia berskala besar dari 240 megawatt menjadi 720 megawatt, yang akan cukup menyediakan energi listrik bagi 150.000 rumah tangga rata-rata di Australia. Badan ini mengatakan proyek ini juga diharapkan dapat menjadi kunci pembuka bagi hampir $1 miliar investasi komersil dan meningkatkan perekonomian regional Australia.

PLTS terbesar akan dibangun di wilayah Darling Downs, Queensland dan akan mampu menghasilkan tenaga listrik lebih dari 110 megawatt. Lokasi PLTS lainnya di Queensland meliputi Dalby, Longreach, Oakey, Kidston, Collinsville dan Whitsundays. Kelima lokasi di New South Wales meliputi Parkes, Manildra, Griffith, Dubbo dan Glen Innes.

Menteri Energi Queensland, Mark Bailey mengatakan ini merupakan hari yang bersejarah. "Hari ini adalah awal dari industry baru di Queensland, dengan ke-6 proyek PLTS ini – proyek setengah lusin yang lumayan, demikian saya menyebutnya,” katanya. "Pemerintah saya berjanji untuk membangun industri energi terbarukan skala besar, untuk bertindak atas perubahan iklim sekaligus menciptakan lapangan kerja baru dan diversifikasi ekonomi kita. "Saya bangga bahwa PLTS terbesar di Australia sekarang akan berlokasi di Darling Downs, dan itu berarti dua dari tiga PLTS terbesar Australia akan berlokasi di Queensland. "Kita sudah beralih dari hanya negara bagian yang selalu disinari matahari menjadi negara bagian tenaga surya,” "Itu artinya lebih dari setengah miliar dollar investasi akan datang ke Queensland, dan itu artinya juga akan tercipta lebih dari 500 pekerjaan di tingkat regional, dengan ratusan pekerjaan tidak langsung.” Bailey mengatakan proyek ini akan menghasilkan tenaga listrik terbarukan yang cukup untuk mengalirkan listrik ke lebih dari 120.000 rumah.

Empat proyek di Queensland juga telah berhasil mendapatkan dukungan dari Pemerintah Negara Bagian melalui kontrak pendapatan jangka panjang. Simon Kidston, dari Kidston Solar Project, di barat laut Townsville, mengatakan pembangunan pabrik 50 megawatt ini akan dimulai pada bulan Februari. "Kami sangat senang mengatakan bahwa pembangunan ini akan selesai pada 2017," katanya. "Kami sedang melihat jendela pembangunan dalam periode 9 – 10 bulan dengan jendela komisi dua bulan, sehingga tahun depan kita akan sudah memiliki pabrik PLTS yang sudah bisa beroperasi penuh dan memompa energi bersih ke jaringan Queensland. "Kami sedang mengembangkan Hub Kidston Energi Terbarukan dan itu terdiri dari sebuah PLTS yang sangat besar tetapi terintegrasi dengan proyek penyimpanan pompa air. "Alasan mengapa hal ini penting adalah karena pompa penyimpanan air bertindak sebagai baterai yang berbiaya sangat rendah dan efisien yang dapat menyimpan tenaga surya."

Sumber: ABC Radio Australia

PLN Tanda Tangani Jual Beli Energi Listrik Tenaga Surya

KUPANG -- PLN menandatangani dua perjanjian pembelian energi listrik berbasis surya. Perjanjian pertama dilakukan antara PLN dengan PT Global Karya Mandiri untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 1  Megawatt peak (MWp) Atambua. Kedua, perjanjian dengan PT Indo Solusi Utama untuk pembangunan pembangkit listrik swasta (IPP) PLTS 2 x 1 MWp Ende-Ropa-Maumere.

Penandatanganan perjanjian dilakukan oleh General Manager PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Richard Safkaur bersama Komisaris PT Global Karya Mandiri, Raden Kartono dan Direktur Utama PT Indo Solusi Utama, Rici Candra Perwira. Proyek PLTS Atambua berlokasi di Kelurahan Umanen, Kecamatan Atambua Barat, Kabupaten Belu. Sementara PLTS Ende-Ropa-Maumere berlokasi di 2 tempat yaitu Desa Popanda, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende dan Desa Wairbleler, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka.

Kerjasama jual beli listrik ini mengacu pada Peraturan Menteri ESDM No. 17 Tahun 2013 yang memberikan penugasan kepada PLN untuk  membeli listrik dari PLTS tersebut. PLTS Atambua dan PLTS Ende-Ropa-Maumere saat beroperasi optimal mampu menghasilkan energi listrik sebesar 4.152.500 kWh/tahun atau sebanding dengan 1.162.700 liter solar/tahun. Dengan harga bahan bakar minyak Rp 5.019 atau sebesar Rp. 5.84 milyar/tahun. Listrik yang dihasilkan PLTS Atambua dan PLTS Ende–Ropa-Maumere akan disalurkan melalui jaringan distribusi 20 kilo Volt (kV).

Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara, Machnizon Masri mengatakan dengan perkembangan beban listrik di Indonesia khususnya di NTT, maka pertumbuhan investasi di NTT juga cukup tinggi. Untuk itu diharapkan dua PLTS tersebut segera selesai dan bisa segera dimanfaatkan untuk menambah pasokan sistem kelistrikan di NTT.

Menurut dia, penambahan pasokan listrik tentu bisa menjadi katalisator pembangunan ekonomi di NTT, selain itu pemanfaatan tenaga surya juga merupakan bukti komitmen PLN dan para pemangku kepentingan dalam rangka pengurangan emisi dan peningkatan energi baru terbarukan.

“Untuk itu kami sangat berharap komitmen PT Global Karya Mandiri dan PT Indo Solusi Utama untuk langkah-langkah kedepan dan progres proyek ini dapat terlaksana sesuai rencana dan ada hasil”, tutur Machnizon.

Pekerjaan pembangunan PLTS Atambua dan PLTS Ende - Ropa - Maumere hingga mampu beroperasi secara komersial (Commercial Operating Date/COD) ditargetkan maksimal 18 bulan sejak pendatanganan perjanjian pembelian energi listrik.

Kementerian ESDM Groundbreaking PLTS Bali

Sebagai tindak lanjut terpilihnya Bali menjadi Center of Excellence (CoE) energi bersih Kementerian ESDM melakukan pemasangan sistem Smart Grid pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kantor Gubernur Bali, pada Jumat (16/9) yang peletakan batu pertamnya dilakukan langsung oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Gubernur Pastika menyambut baik atas terealisasinya pekerjaan pengembangan sistem smart grid sebagai langkah awal upaya Pemprov Bali menggunakan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Menurut Pastika, hal tersebut sejalan dengan program Bali Mandara untuk mewujudkan Bali Green Province.

Mengutip laman humasbali.go.id, Senin (19/9), Gubernur Pastika mengungkapkan bahwa hal ini bak gayung bersambut karena dari dulu kita sebenarnya ingin mewujudkan Bali Green Province yang terdiri dari Green Culture, Green Economy, Green Regulations. Nah yang saat ini kita lakukan adalah Green Economy yaitu meliputi energi yakni energi terbarukan agar tidak lagi menggunakan diesel ataupun batubara.

Pemerintah Provinsi Bali akan memulai penggunaan PLTS dan diharapkan instansi pemerintahan lainnya bisa mengikutinya. Kedepan Bali yang kaya akan sinar matahar, akan beralih ke matahari ataupun energi lainnya seperti sampah.

Pemprov Bali berharap wilayahnya dapat mandiri secara energi, dan energi tersebut adalah energi ramah lingkungan. Untuk mewujudkan itu, semua diesel harus diganti menjadi gas dan EBT.
Sekretaris Badan Litbang Kementerian ESDM Republik Indonesia Wawan Supriatna mengungkapkan alasan dipilihnya Bali sebagai Center of Excellence (CoE) energi bersih karena Bali merupakan daerah kunjungan dan menarik bagi wisatawan, ukuran pulau dan lokasi strategis, infrastruktur telah dibangun serta semangat dan kepemimpinan yang tinggi dari pemerintah dan masyarakatnya.

Dengan dikerjakannya pembangunan PLTS di Bali ini sesuai KEPMEN ESDM No 4421.K/20/MEM/2015 tentang Penetapan Provinsi Bali Sebagai Kawasan Nasional Energi Bersih, Kesepakatan Bersama antara Kementerian ESDM dan Pemerintah Provinsi Bali serta Nota Kesepahaman antara Balitbang ESDM dan Universitas Udayana.

Tindak lanjut dari penetapan ini  adalah  pengembangan potensi EBT Bali agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali secara berkelanjutan. Program ini dikembangkan sebagai bagian dari upaya percepatan pencapaian target pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional, sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Smart Grid System merupakan Konsep Tata Kelola energi listrik yang mampu mengakomodir peran pembangkit listrik kecil EBT secara optimal, dimana komunikasi terjadi dua arah antara produsen listrik serta konsumennya dan merupakan  gabungan teknologi, informasi, dan komunikasi pada system tenaga listrik yang sudah ada, serta bertujuan untuk menghemat atau meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga listrik.

Bangun PLTS di Tiga Kampung, Distamben Jajaki Kerja Sama dengan MCA Indonesia


Untuk memenuhi kebutuhan listrik di kampung-kampung pedalaman, Pemkab Berau bekerja sama dengan Millenium Challenge Account Amerika (MCA) Indonesia dan Akuo Energy, akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di perkampungan.

Disampaikan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Berau, Mappasikra Mappaseleng, kerja sama tersebut jadi salah satu program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik di kampung-kampung yang belum terjangkau pelayanan kelistrikan.

“Kita undang mereka (MSA Indonesia, Red) untuk bekerja sama dan membantu dalam pemenuhan energi listrik di perkampungan. Dengan kerja sama inilah, diharapkan dapat mencapai tujuan untuk menerangi seluruh daerah yang belum teraliri listrik, terutama perkampungan yang masih jauh akses jaringan listrik dari PLN,” ujarnya.

Setelah dilakukan peninjuan serta pemantauan, terpilih empat kampung awal yang akan dibangunkan PLTS. Yakni, Kampung Merabu, Teluk Sumbang, Long Beliu, dan Balikukup.

“Dalam perjalanan survei lapangan, hanya Balikukup yang punya keterbatasan lahan untuk pemasangan PLTS. Karena pada dasarnya, lahannya harus hibah, dan untuk pemasangan PLTS, kepala kampung dan masyarakat harus menyediakan lahan seluas dua hektare,” ujar Mappasikra.

Saat ini, pihaknya masih menunggu persetujuan MCA. Jika disetujui, maka pembangunan secepatnya dilakukan.

“Dalam waktu dekat, kami akan melakukan pertemuan kembali untuk membicarakan kelanjutan pembangunan PLTS untuk tiga kampung di wilayah Berau, karena di Balikukup terbentur persoalan keterbatasan lahan,” jelasnya.

Untuk kapasitas energi listrik tiap kampung berbeda-beda, sesuai kebutuhan kampung. Di Merabu misalnya, kebutuhannya sebesar 605 kW, Long Beliu 821 kW dan Teluk Sumbang 205 kW.

Untuk pengerjaannya juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Konstruksinya saja membutuhkan enam bulan. “Jadi target penyelesaiannya sekitar dua tahun, karena hanya konstruksi saja. Masih banyak perihal yang harus dilengkapi,” terangnya.

Mudahan dalam pertemuan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini, MCA Indonesia memberi kepastian terkait pembangunan PLTS di tiga kampung dari empat kampung yang diusulkan.

“Karena pembangunan ini diharapkan, selain bisa sebagai penerangan dan fungsi lainnya, diharapkan juga agar tiap kampung dapat berkembang dengan maju, diiringi dengan perekonomiannya. Karena, PLTS ini hanya 20 tahun saja, jadi masyarakat harus memanfaatkan sebaik mungkin untuk menggali potensi yang ada untuk peningkatan perekonomian mereka,” tandasnya. 

Manokwari, Siap-siap Bercahaya dengan Proyek PLTS


JAKARTA--Presiden Joko Widodo menyaksikan penandatanganan 24 proyek di ESDM untuk tahun anggaran 2016.  Termasuk proyek strategis dengan nilai kontrak cukup besar yaitu Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLT) berkapasitas 2 MW di Manokwari, Papua Barat. Proyek ini dikerjakan salah satu BUMN, yaitu  PT LEN Industri.  Dirut PT LEN Industri Abraham Mose yang ditemui usai acara tersebut mengatakan bahwa proyek pembangunan PLTS 2 MW Manokwari yang ditandatangani memiliki nilai kontrak sebesar Rp 57,6 Miliar

"Ini adalah proyek strategis di mana nilainya proyek untuk PT LEN pembangunan PLTS ada Rp 388 Milyar dan yang akan di bangun di manokwari PLTS 2 MW nilainya Rp 57,6 Miliar," ujar Abraham.

Ia menargetkan pembangunan PLTS di ujung timur wilayah Indonesia itu akan selesai kurang dari satu tahun. "Pengerjaan PLTS Manokwari ditargetkan akan memakan waktu 240 hari kerja, bahkan bisa dipercepat seperti proyek-proyek PLTS lainnya yang kami kerjakan," kata Abraham.

Selain membangun PLTS di Manokwari, Abraham mengatakan pihaknya juga telah mengerjakan pembangunan PLTS di Kupang, NTT. Berbeda dengan yang ada di Manokwari, PLTS Kupang berdaya  5 MW.

Ia menambahkan, selain di Manokwari, pembangunan PLTS akan terus dilakukan pemerintah sebagai upaya mengatasi krisis listrik khususnya di wilayah yang masih tergolong sebagai daerah tertinggal.

"Akan terus dibangun dan memang Pak Presiden menargetkan agar wilayah-wilayah yang selama ini mengalami  krisis listrik tidak lagi terjadi," pungkas Abraham.

sumber: jpnn.com

PLTS 15 KW Berfungsi di Paya Tampah


Aceh Tamiang. Warga transmigrasi lokal (translok) yang berada di Kampung Paya Tampah, Kecamatan Karang Baru, kini sudah dapat menikmati jaringan aliran listrik, meski satu tahun lamanya warga yang sudah menempati kawasan tranmigrasi baru dapat penerangan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

PLTS berkapasitas 15 kilowatt telah selesai dibangun pemerintah pada Desember lalu, saat ini sudah dapat difungsikan dan dimanfaatkan sedikitnya 50 keluarga transmigrasi lokal guna memenuhi kebutuhan penerangan.


"Diharapkan dengan adanya penerangan terbaru ini dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan taraf hidup serta mendukung kegiatan pendidikan," kata Bupati Aceh Tamiang H Hamdan Sati dalam sambutannya saat meresmikan PLTS tersebut, Kamis (14/1).

Perkembangan pemakaian energi listrik dari sumber bahan bakar disadari mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya, energi listrik terbarukan dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

"Fasilitas yang ada saat ini harus dijaga dengan rasa memiliki, sehingga tanggungjawab bersama menjadikan Kampung Paya Tampah lebih maju," ujar Hamdan.

Bupati juga menginginkan warga translok mampu menjadikan lahan yang terhampar luas sebagai lumbung pangan. "Menjadikan Kampung Paya Tampah mewujudkan kemandirian sebagai kawasan agrowisata yang dapat mendatangkan konsumen lokal maupun luar daerah," harapnya.

Sementara Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Aceh Tamiang Muhammad Zein mengatakan, PLTS yang telah selesai dibangun merupakan program pemerintah pusat dalam pengembangan dan pemanfaatan energi, dilengkapi panel surya sebanyak tiga unit, batere, rumah batere, ornamen, tiang lampu, serta power anti petir.

Selanjutnya untuk pengelolaan dan pengoperasiannya, pemerintah kabupaten akan merekrut sejumlah warga yang nantinya diberikan pendidikan dan pelatihan.
"Petugasnya nanti yang akan menangani bila terjadi kerusakan sewaktu-waktu," ujarnya.

Sedangkan Camat Karang Baru Tri Kurnia mengatakan, dengan adanya aliran listrik menjadi motivasi warga translok mewujudkan kawasan agrowisata.
"Tanami pohon-pohon yang bernilai ekonomis, dan gerakkan sektor ekonomi masyarakat dengan program strategis melalui dana desa," serunya.

Camat menganjurkan, dengan dana desa warga melakukan gerakan, seperti membentuk BUMK dan investasi lain, sehingga tidak ada lagi warga miskin."
Turut hadir dalam peresmian PLTS tersebut, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Mobduk Aceh Kamaruddin Andalah, Kepala Bappeda Aceh Tamiang Adi Darma, Asisten II Setdaakab Azwardi, Assiten III Admintrasi Amiruddin, dan sejumlah kepala SKPK.

sumber: medanbisnisdaily.com

Monday, March 14, 2016

Sembilan Desa Terpencil di Sulsel Diterangi Listrik Panel Surya


REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR--Philips Indonesia menyumbangkan 100 set Philips Solar Indoor Lighting ke sembilan desa di Sulawesi Selatan, sebagai bagian dari program “Kampung Terang Hemat Energi”.

“Pencahayaan Philips LED energi surya membuat penduduk di daerah rural dan terpencil dapat melakukan rangkaian aktivitas yang tadinya terbatas pada siang hari saja, kini bisa dilakukan setelah matahari tenggelam. Ini dapat mengubah cara hidup dan keseharian mereka,” kata Senior Vice President dan Country Manager Philips Lighting Indonesia Chandra Vaidyanathan, dalam rilisnya, Sabtu (28/2).

Pencahayaan ini didistribusikan kepada desa Romang Tangaya, Sawaru, Benteng, Bonto Manurung, Bonto Sumba, Erelembang, Wage, Belawa, dan Inalipue. Selain Romang Tangaya di Makassar, seluruh desa lainnya berlokasi sekitar tiga hingga empat jam berkendara dari ibukota Sulawesi ini.

Sama dengan banyak wilayah lainnya di Indonesia, persentase rumah dan usaha yang dapat mengakses listrik di Sulawesi Selatan masih cukup rendah, sekitar 41-60 persen.

Meskipun infrastruktur listrik telah masuk ke sebagian besar pedesaan, ujar Chandra, akses listrik masih dianggap sebagai barang mewah oleh banyak keluarga berpenghasilan rendah.

Kampung Terang Hemat Energi merupakan implementasi ide pemenang “Inovasi yang Bermakna Bagi Anda,” yang diluncurkan untuk mencari gagasan-gagasan akan bagaimana mengaplikasikan teknologi untuk meningkatkan kehidupan masyarakat.

Lebih dari sekedar proyek donasi untuk memberikan lampu hemat energi, Kampung Terang Hemat Energi mengantarkan pencahayaan LED yang berkelanjutan, menggunakan energi surya, dan hemat energi yang mendorong pedesaan untuk mengumpulkan energi matahari  demi mendapatkan pencahayaan yang tahan lama.

Bekerja sama dengan Pemkot Makassar dan Kopernik, sebuah LSM lokal yang berfokus pada teknologi untuk memberdayakan penduduk di perdesaan terpencil, Philips memasang 100 set Solar Indoor Lighting di masjid, klinik kesehatan, sekolah, dan balai desa.

Setiap Philips Indoor Lighting memiliki panel surya dan tiga bohlam LED. Philips juga memberikan empat lampu PJU energi surya, serta 52 set Solar Home System untuk perdesaan yang sangat membutuhkan akses terhadap pencahayaan.

sumber: Republika

Prospek PLTS di Indonesia

Energi baru dan terbarukan mulai mendapat perhatian sejak terjadinya krisis energi dunia yaitu pada tahun 70-an dan salah satu energi itu adalah energi surya. Energi itu dapat berubah menjadi arus listrik yang searah yaitu dengan menggunakan silikon yang tipis. Sebuah kristal silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan tekanan yang diatur sehingga Si itu berubah menjadi penghantar. Bila kristal silindris itu dipotong stebal 0,3 mm, akan terbentuklah sel-sel silikon yang tipis atau yang disebut juga dengan sel surya fotovoltaik. Sel-sel silikon itu dipasang dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel itu diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar matahari maka pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas permukaan sel itu.

Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor yang berkerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt tergantung intensitas cahaya dan zat semikonduktor yang dipakai. Sementara itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi energi radiasi menjadi energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai 25maka produksi listrik maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai 250 Watt per m2 . Dari sini terlihat bahwa PLTS itu membutuhkan lahan yang luas. Hal itu merupakan salah satu penyebab harga PLTS menjadi mahal. Ditambah lagi harga sel surya fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal ini karena proses pembuatannya yang rumit. Namun, kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit dibubungkan dengan jaringan listrik PLN. Kemudian sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 kWh/m2/hari. Berarti prospek penggunaan fotovoltaik di masa mendatang cukup cerah. Untuk itulah perlu diusahakan menekan harga fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai berikut. Pertama menggunakan bahan semikonduktor lain seperti Kadmium Sulfat dan Galium Arsenik yang lebih kompetitif. Ke dua meningkatkan efisiensi sel surya dari 10% menjadi 15%

Energi listrik yang berasal dari energi surya pertama kali digunakan untuk penerangan rumah tangga dengan sistem desentralisasi yang dikenal dengan Solar Home System (SHS), kemudian untuk TV umum, komunikasi dan pompa air. Sementara itu evaluasi program SHS di Indonesia pada proyek Desa Sukatani, Bampres, dan listrik masuk desa menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan dengan keberhasilan penerapan secara komersial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sampai tahun 94 jumlah pemakaian sistem fotovoltaik di Indonesia sudah mencapai berkisar 2,5-3 MWp. Yang pemakaiannya meliputi kesehatan 16 hibrida 7 pompa air 5 penerangan pedesaan 13 Radio dan TV komunikasi 46,6an lainnya 11,8Kemudian dari kajian awal BPPT diperoleh proyeksi kebutuhan sistem PLTS diperkirakan akan mencapai 50 MWp. Sementara itu menurut perkiraan yang lain pemakaian fotovoltaik di Indonesia 5-10 tahun mendatang akan mencapai 100 MW terutama untuk penerangan di pedesaan. Sedangkan permintaan fotovotaik diperkirakan sudah mencapai 52 MWp.

Fotovoltaik

Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60ari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk elektrifikasi untuk pedesaan. Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya.

Hibrida

Dalam penerapannya fotovoltaik dapat digabungkan dengan pembangkit lain seperti pembangkit tenaga diesel (PLTD) dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTM). Penggabungan ini dinamakan sistem hibrida yang tujuannya untuk mendapatkan daya guna yang optimal. Pada sistem ini PLTS merupakan komponen utama, sedang pembangkit listrik lainnya digunakan untuk mengkompensasi kelemahan sistem PLTS dan mengantisipasi ketidakpastian cuaca dan sinar matahari. Pada sistem PLTS-PLTD, PLTD-nya akan digunakan sebagai "bank up" untuk mengatasi beban maksimal. Pengkajian dan penerapan sistem ini sudah dilakukan di Bima (NTB) dengan kapasitas PLTS 13,5 kWp dan PLTD 40 kWp.

Penggabungan antara PLTS dengan PLTM mempunyai prospek yang cerah. Hal ini karena sumber air yang dibutuhkan PLTM relatif sedikit dan itu banyak terdapa di desa-desa. Untuk itulah pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang telah merealisasi penerapan sistem model hidro ini di desa Taratak (Lombok Tengah) dengan kapasitas PLTS 48 kWp dan PLTM sebesar 6,3 kW.

Pada sistem hibrida antara fotovoltaik dengan Fuel Cell (sel bahan bakar), selisih antara kebutuhan listrik pada beban dan listrik yang dihasilkan oleh fotovoltaik akan dipenuhi oleh fuel cell. Controller berfungsi untuk mengatur fuel cell agar listrik yang keluar sesuai dengan kepeluan. Arus DC yang dihasilkan fuel cell dan arus fotovoltaik digabungkan pada tegangan DC yang sama kemudian diteruskan ke power conditioning subsystem ( PCS ) yang berfungsi untuk mengubah arus DC menjadi arus AC. Keuntungan sistem ini adalah efisiensinya tinggi sehingga dapat menghemat bahan bakar, dan kehilangan daya listrik dapat diperkecil dengan menempatkan fuel cell dekat pusat beban.

Sistem PLTS

PLTS dengan sistem sentralisasi artinya pembangkit tenaga listrik dilakukan secara terpusat dan suplai daya ke konsumen dilakukan melalui jaringan distribusi. Sistem ini cocok dan ekonomis pada daerah dengan kerapatan penduduk yang tinggi. Contohnya PLTS di Desa Kentang Gunung Kidul mempunyai kapasitas daya 19 kWp, kapasitas baterai 200 volt dan beban berupa penerangan yang terpasang pada 85 rumah. Sementara itu PLTS dengan sistem individu daya terpasangnya relatif kecil yaitu sekitar 48-55 Wp. Jumlah daya sebesar 50 Wp per rumah tangga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penerangan, informasi (TV dan Radio) dan komunikasi (Radio komunikasi). Dan sampai tahun 95 sistem ini sudah terpasang sekitar 10.000 unit yang tersebar di seluruh perdesaan Indonesia dan pengelolaannya yang meliputi pemeliharaan dan pembayaran dilaksanakan oleh KUD.

Melihat trend harga sel surya yang semakin menurun dan dalam rangka memperkenalkan sistem pembangkit yang ramah lingkungan, pemanfaatan PLTS dengan sistem individu semakin ditingkatkan. Pada tahap pertama direncanakan akan dipasang 36.000 unit SHS selama tiga tahun dengan prioritas 10 propinsi di kawasan timur Indonesia. Paling tidak ada 5 keuntungan pembangkit dengan surya fotovoltaik. Pertama energi yang digunakan adalah energi yang tersedia secara cuma-cuma. Kedua perawatannya mudah dan sederhana. Ketiga tidak terdapat peralatan yang bergerak, sehingga tidak perlu penggantian suku cadang dan penyetelan pada pelumasan. Keempat peralatan bekerja tanpa suara dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Kelima dapat bekerja secara otomatis.

Daftar Pustaka :
  1. Lima puluh tahun Pertambangan dan Energi dalam membangun, Deptamben RI, Agustus 1995, Jakarta.
  2. Publikasi Ilmiah "Peranan energi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan", Direktorat teknologi energi BPPT, Mei 1995, Jakarta.
  3. Abdul Kadir, Energi, UI Press, Februari 1982, Jakarta.
  4. Wilson Walery Wenas, Teknologi Sel Surya: Perkembangan Dewasa Ini dan yang akan Datang, Elektro Indonesia No. 12, 1996.
Sumber : ELEKTRO INDONESIA (November 1997)

Tuesday, March 8, 2016

Panel Surya 50 W

Panel Surya 50 W

PLTS di Indonesia

Diantara beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia tersentralisasi yang memiliki skala besar antara lain adalah :
  1. PLTS di Kabupaten Karangasem, Bali dengan kapasitas 1 MW.
  2. PLTS di Kabupaten Bangli, Bali dengan kapasitas 1 MW.
  3. PLTS di Pulau Gili Trawangan (NTB) berkapasitas 600 kWp.
  4. PLTS di Pulau Gili Air (NTB) dengan kapasitas 160 kWp.
  5. PLTS di Pulau Gili Meno (NTB) dengan kapasitas 60 kWp.
  6. PLTS di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan Lantung dengan total kapasitas 900 kWp.
  7. PLTS Raijua (Kabupaten Sabu Raijua, NTT) dengan kapasitas 150 kWp.
  8. PLTS Nule (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 250 kWp.
  9. PLTS Pura (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 175 kWp.
  10. PLTS Solor Barat (Kab. Flores Timur, NTT) dengan kapasitas 275 kWp.
  11. PLTS Morotai (Maluku Utara) dengan kapasitas 600 kWp.
  12. PLTS Kelang (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
  13. PLTS Pulau Tiga (Maluku) dengan kapasitas 75 kWp.
  14. PLTS Banda Naira (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
  15. PLTS Pulau Panjang (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.
  16. PLTS Manawoka (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.
  17. PLTS Tioor (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
  18. PLTS Kur (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
  19. Kisar (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
  20. PLTS Wetar (Maluku) dengan total kapasitas 100 kWp.
  21. PLTS Kabaena (Sulawesi Tenggara) dengan kapasitas 200 kWp.
Indonesia, melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun masih berusaha menambah jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia. Baik menambah jumlah pembangkitnya maupun kapasitas listrik yang dihasilkannya. PLTS-PLTS baru tersebut akan dibangun di pulau-pulau kecil Indonesia.

update:
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Karangasem 1 MWp On-Grid, PLTS Bangli 1 MWp On-Grid dan 24. 6 Unit PLTS 15 kWp Off-Grid resmi beroperasi dengan diresmikannya ke-3 PLTS tersebut oleh Menteri ESDM, Jero Wacik pada Senin (25/2/2013)

Baterei Lead Acid untuk sistem sel surya

Baterei Lead Acid untuk sistem sel surya

Arduino system untuk monitoring output sel surya

Arduino system untuk monitoring output sel surya

Inverter 5 kW

Inverter 5 kW

Panel surya 20 W

Panel surya 20 W

Photovoltaics - System Design and Practices by Heinrich Haberlin

Wind and Solar Power System - Design Analysis and Operation by Mukund R. Pattel

Memanen energi surya di nusantara

http://www.kompasiana.com/ujangkosim/memanen-energi-surya-di-negeri-nusantara_56822e90d37a61db048fc09b

PLTS Kupang

Kupang (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meresmikan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 5 MW di Desa Oelpuah, Kupang Tengah,Nusa Tenggara Timur, Minggu.

"Ini merupakan pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas paling besar buatan Indonesia," ujar Presiden Jokowi usai menandatangani plakat peresmian instalasi yang dikerjakan oleh BUMN, PT. LEN.

Menurut Presiden Jokowi, pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas serupa atau yang lebih besar akan dikerjakan di daerah Indonesia bagian timur.

"Ini yang nanti akan kita kembangkan terutama di pulau-pulau yang sulit terjangkau jika menggunakan pembangkit listrik tenaga batubara. Maka nanti larinya akan ke PLTS," ujar Kepala Negara.

Presiden juga mengatakan akan mendatangkan pembangkit listrik terapung dengan kapasitas 20-30% guna membantu pemenuhan kebutuhan listrik di daerah tersebut.

Dalam kunjungan tersebut, Presiden didampingi oleh Menteri ESDM Sudirman Said, Mensesneg Pratikno dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong.

Daftar Isi

Halaman ini berisi daftar seluruh tulisan yang terdapat pada situs solar2world, digunakan untuk memudahkan pengguna menelusuri seluruh tulisan-tulisan.

Lama Usia dari Solar Cell

Sebuah  PV system dengan perawatan yang baik dapat bertahan hingga lebih dari 20 tahun. Sebenarnya dengan kondisi dimana sistem solar cell tidak dipindah-pindah dan terinterkoneksi langsung pada alat listrik, modul solar cell yang melalui fabrikasi yang baik mampu bertahan hingga 30 tahun. Cara terbaik agar sistem solar cell dapat bertahan lama serta tetap stabil performansinya (efisiensinya) adalah dengan melakukan pemasangan dan perawatan yang sesuai serta dalam waktu yang teratur.

Berbagai kasus dalam permasalahan solar cell yang paling banyak dijumpai adalah dikarenakan buruknya cara pemasangan serta tidak rapinya proses instalasi. Kasus yang sering dijumpai tersebut antara lain seperti koneksi yang tidak baik, ukuran kabel yang tidak tepat, ataupun komponen yang tidak sesuai untuk aliran DC. Selain itu juga kesalahan sering terjadi pada tidak seimbangnya sistem (balance of system , BOS) bagian-bagian yang dipasang yaitu kontroler, inverter, serta proteksi komponen.

Batere dapat lebih cepat rusak jika diberi beban kerja diluar batas spesifikasinya. Pada sistem sel surya, batere digunakan dan diberi muatan secara perlahan-lahan bahkan hingga periode beberapa hari bahkan sati minggu. Kondisi ini berbeda dengan cara kerja batere yang umumnya langsung diisi segera setelah digunakan, yang menyebabkan batere pada sistem solar cell dapat lebih cepat rusak jika tidak menggunakan tipe batere yang sesuai dengan karakteristik ini.

dikutip dari tulisan Brian Yuliarto PhD, Dosen Teknik Fisika ITB

Referensi
1. M. Matsumura, Utilization of Solar Cell, Lecture Notes Research Center for Solar Energy Chemistry, Osaka University 2009.
2. Smestad, Greg P. , Optoelectronics of Solar Cells. SPIE Press: Washington 2002.
3. K. West, Solar Cell Beyond Silicon, Riso International Energy Confrence, 2003.
4. M. Gratzel, Nature 414 (2001) 338.
5. S.M. Sze, Physics of Semiconductor Devices 2nd edition, Chapter 14, John Wiley and Sons 1981.
6. Wikipedia encyclopedia, Solar cell, 2005 (http://en.wikipedia.org/wiki/solar_cell)
7.    C. J. Brabec, N.S. Sariciftci, J.C. Hummelen, Advanced Functional Materials, 11 (2001) 15.
8.    B.A. Gregg, J. Phys. Chem. B 107 (2003) 4688.
9.    Brian Yuliarto, Serba-serbi Energi, Penerbit ISTECS 2005.

Sistem Pembangkit Listrik Solar Cell

Solar cell merupakan pembangkit  yang tidak hanya terdiri dari sistem konversi dari photon sinar matahari menjadi arus listrik atau yang diebut sebagai modul photo voltaik. Perlu ada sistem pendukung yang berfungsi menyimpan energi listrik yang dibangkitkan agar keluarannya dapat lebih stabil dapat digunakan saat tidak ada sinar matahari atau pada saat malam hari. serta  Satu unit sistem pembangkit listrik solar cell terdiri dari beberapa komponen antara lain adalah:
  1. Modul sel surya atau disebut juga panel Photo Voltaik (Panel PV). Modul sel surya terdiri dari beberapa jenis ada yang berkapasitas 20 Wp, 30 Wp, 50 Wp, 100 Wp. Modul PV dilihat dari jenisnya dapat berjenis mono kristal, poli kristal, atau amorphous.
  2. Penyimpan energi listrik atau dikenal dengan Aki ( battery ) yang bebas perawatan. Batere biasanya dapat bertahan 2-3 tahun. Kapasitas batere disesuaikan dengan kapasitas modul dan besar daya penggunaan listrik yang diinginkan.
  3. Pengatur pengisian muatan batere atau disebut dengan kontroler pengisian (solar charge controller). Komponen ini berfungsi untuk mengatur besarnya arus listrik yang dihasilkan oleh modul PV agar penyimpanan ke batere sesuai dengan kapasitas batere.
  4. Inverter, merupakan modul untuk mengkonversi listrik searah (dc) menjadi listrik bolak-balik (ac). Komponen ini digunakan ketika penggunaan listrik yang diinginkan adalah bolak-balik (ac). Meskipun begitu saat ini sudah banyak terdapat alat-alat elektronik maupun lampu penerang yang menggunakan tipe arus searah sehingga beberapa sistem solar cell tidak membutuhkan inverter ini.
  5. Kabel (wiring), yang merupakan komponen standar sebagai penghubung tempat mengalirkan arus listrik.
  6. Mounting hardware atau framework, yang merupakan pendukung untuk menempatkan atau mengatur posisi solar panel agar dapat menerima sinar matahari dengan baik. Biasanya framework digunakan untuk menempatkan solar panel pada posisi yang lebih tinggi dari bagian lain yang ada disekitarnya.
Pertumbuhan teknologi sel surya di dunia memang menunjukkan harapan akan solar sel yang murah dengan memiliki efisiensi yang tinggi. Sayangnya sangat sedikit peneliti di Indonesia yang terlibat dengan hiruk pikuk perkembangan tentang teknologi sel surya ini. Sudah seharusnya pemerintah secara jeli melihat potensi masa depan Indonesia yang kaya akan sinar matahari ini dengan mendorong secara nyata penelitian dan pengembangan industri di bidang energi surya ini.

dikutip dari tulisan Brian Yuliarto PhD, Dosen Teknik Fisika ITB
Referensi
1. M. Matsumura, Utilization of Solar Cell, Lecture Notes Research Center for Solar Energy Chemistry, Osaka University 2009.
2. Smestad, Greg P. , Optoelectronics of Solar Cells. SPIE Press: Washington 2002.
3. K. West, Solar Cell Beyond Silicon, Riso International Energy Confrence, 2003.
4. M. Gratzel, Nature 414 (2001) 338.
5. S.M. Sze, Physics of Semiconductor Devices 2nd edition, Chapter 14, John Wiley and Sons 1981.
6. Wikipedia encyclopedia, Solar cell, 2005 (http://en.wikipedia.org/wiki/solar_cell)
7. C. J. Brabec, N.S. Sariciftci, J.C. Hummelen, Advanced Functional Materials, 11 (2001) 15.
8. B.A. Gregg, J. Phys. Chem. B 107 (2003) 4688.
9. Brian Yuliarto, Serba-serbi Energi, Penerbit ISTECS 2005.

Konversi Energi pada Solar Cell

Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p dan n ( p-n junction semiconductor ) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran electron, aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik.

Gambar 1. Struktur lapisan tipis solar sel secara umum

Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber (penyerap), meskipu demikian, masimg-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang elektromagnetik yang secara spectrum dapat dilihat pada gambar 2. Oleh karena itu absorber disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya matahari.


Gambar 2. spekktrum radiasi matahari

Lebih detail lagi sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika menimpa permukaaan bahan solar sel ( absorber ), akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan begitu saja ( lihat gambar 3 ), dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik.

Untuk membebaskan elektron dari ikatan kovalennya, energi foton ( hc/v ) harus sedikit lebih besar atau diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar sel.


Gambar 3. Berbagai perlakukan sinar matahari yang sampai pada solar cell

Tentu saja agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan rekombinasi serta memperbesar konduktivitas dari bahannya.


Tabel 1. band gap beberapa bahan semikonduktor

Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya, maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi sangat bermacam-macam tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti adalah CuInSe2 yang dikenal merupakan salah satu dari direct semiconductor.

Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan banyak sel surya. Biasanya sel-sel surya itu sudah disusun sehingga berbentuk panel, dan dinamakan panel photovoltaic (PV). PV sebagai sumber daya listrik pertama kali digunakan di satelit. Kemudian dipikirkan pula PV sebagai sumber energi untuk mobil, sehingga ada mobil listrik surya. Sekarang, di luar negeri, PV sudah mulai digunakan sebagai atap atau dinding rumah. Bahkan Sanyo sudah membuat PV yang semi transparan sehingga dapat digunakan sebagai pengganti kaca jendela.


Gambar 4. Sistem konversi dari energi matahari hingga menjadi sumber penerangan

Artikel ini dikutip dari tulisan Brian Yuliarto PhD, Dosen Teknik Fisika ITB
Referensi
1. M. Matsumura, Utilization of Solar Cell, Lecture Notes Research Center for Solar Energy Chemistry, Osaka University 2009.
2. Smestad, Greg P. , Optoelectronics of Solar Cells. SPIE Press: Washington 2002.
3. K. West, Solar Cell Beyond Silicon, Riso International Energy Confrence, 2003.
4. M. Gratzel, Nature 414 (2001) 338.
5. S.M. Sze, Physics of Semiconductor Devices 2nd edition, Chapter 14, John Wiley and Sons 1981.
6. Wikipedia encyclopedia, Solar cell, 2005 (http://en.wikipedia.org/wiki/solar_cell)
7. C. J. Brabec, N.S. Sariciftci, J.C. Hummelen, Advanced Functional Materials, 11 (2001) 15.
8. B.A. Gregg, J. Phys. Chem. B 107 (2003) 4688.
9. Brian Yuliarto, Serba-serbi Energi, Penerbit ISTECS 2005.

Jenis Solar Cell

Cara kerja sel surya adalah dengan memanfaatkan teori cahaya sebagai partikel. Sebagaimana diketahui bahwa cahaya baik yang tampak maupun yang tidak tampak memiliki dua buah sifat yaitu dapat sebagai gelombang dan dapat sebagai partikel yang disebut dengan photon. Penemuan ini pertama kali diungkapkan oleh Einstein pada tahun 1905. Energi yang dipancarkan oleh sebuah cahaya dengan kecepatan c dan panjang gelombang ? dirumuskan dengan persamaan:
E = h.c/ ?
Dengan h adalah konstanta Plancks (6.62 x 10-34 J.s) dan c adalah kecepatan cahaya dalam vakum (3.00 x 108 m/s). Persamaan di atas juga menunjukkan bahwa photon dapat dilihat sebagai sebuah partikel energi atau sebagai gelombang dengan panjang gelombang dan frekuensi tertentu [5]. Dengan menggunakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, cahaya yang datang akan mampu dirubah menjadi energi listrik.

Hingga saat ini terdapat beberapa jenis solar sel yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti untuk mendapatkan divais solar sel yang memiliki efisiensi yang tinggi atau untuk mendapatkan divais solar sel yang murah dan mudah dalam pembuatannya.

Tipe pertama yang berhasil dikembangkan adalah jenis wafer (berlapis) silikon kristal tunggal. Tipe ini dalam perkembangannya mampu menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi. Masalah terbesar yang dihadapi dalam pengembangan silikon kristal tunggal untuk dapat diproduksi secara komersial adalah harga yang sangat tinggi sehingga membuat solar sel panel yang dihasilkan menjadi tidak efisien sebagai sumber energi alternatif. Sebagian besar silikon kristal tunggal komersial memiliki efisiensi pada kisaran 16-17%, bahkan silikon solar sel hasil produksi SunPower memiliki efisiensi hingga 20%[www.sunpowercorp.com]. Bersama perusahaan Shell Solar, SunPower menjadi perusahaan yang menguasai pasar silikon kristal tunggal untuk solar sel.

Jenis solar sel yang kedua adalah tipe wafer silikon poli kristal. Saat ini, hampir sebagian besar panel solar sel yang beredar di pasar komersial berasal dari screen printing jenis silikon poli cristal ini. Wafer silikon poli kristal dibuat dengan cara membuat lapisan lapisan tipis dari batang silikon dengan metode wire-sawing. Masing-masing lapisan memiliki ketebalan sekitar 250?50 micrometer.

Jenis solar sel tipe ini memiliki harga pembuatan yang lebih murah meskipun tingkat efisiensinya lebih rendah jika dibandingkan dengan silikon kristal tunggal. Perusahaan yang aktif memproduksi tipe solar sel ini adalah GT Solar, BP, Sharp, dan Kyocera Solar.

Kedua jenis silikon wafer di atas dikenal sabagai generasi pertama dari solar sel yang memiliki ketebalan pada kisaran 180 hingga 240 mikro meter. Penelitian yang lebih dulu dan telah lama dilakukan oleh para peneliti menjadikan solar sel berbasis silikon ini telah menjadi teknologi yang berkembang dan banyak dikuasai oleh peneliti maupun dunia industri. Divais solar sel ini dalam perkembangannya telah mampu mencapai usia aktif mencapai 25 tahun [3].

Modifikasi untuk membuat lebih rendah biaya pembuatan juga dilakukan dengan membuat pita silikon (ribbon si) yaitu dengan membuat lapisan dari cairan silikon dan membentuknya dalam struktur multi kristal. Meskipun tipe sel surya pita silikon ini memiliki efisiensi yang lebih rendah (13-15%), tetapi biaya produksinya bisa lebih dihemat mengingat silikon yang terbuang dengan menggunakan cairan silikon akan lebih sedikit.

Generasi kedua solar sel adalah solar sel tipe lapisan tipis (thin film). Ide pembuatan jenis solar sel lapisan tipis adalah untuk mengurangi biaya pembuatan solar sel mengingat tipe ini hanya menggunakan kurang dari 1% dari bahan baku silikon jika dibandingkan dengan bahan baku untuk tipe silikon wafer. Dengan penghematan yang tinggi pada bahun baku seperti itu membuat harga per KwH energi yang dibangkitkan menjadi bisa lebih murah.

Metode yang paling sering dipakai dalam pembuatan silikon jenis lapisan tipis ini adalah dengan PECVD dari gas silane dan hidrogen. Lapisan yang dibuat dengan metode ini menghasilkan silikon yang tidak memiliki arah orientasi kristal atau yang dikenal sebagai amorphous silikon (non kristal). Selain menggunakan material dari silikon, solar sel lapisan tipis juga dibuat dari bahan semikonduktor lainnya yang memiliki efisiensi solar sel tinggi seperti Cadmium Telluride (Cd Te) dan Copper Indium Gallium Selenide (CIGS).

Efisiensi tertinggi saat ini yang bisa dihasilkan oleh jenis solar sel lapisan tipis ini adalah sebesar 19,5% yang berasal dari solar sel CIGS [7]. Keunggulan lainnya dengan menggunakan tipe lapisan tipis adalah semikonduktor sebagai lapisan solar sel bisa dideposisi pada substrat yang lentur sehingga menghasilkan divais solar sel yang fleksibel. Kedua generasi dari solar sel ini masih mendominasi pasaran solar sel di seluruh dunia dengan silikon kristal tunggal dan multi kristal memiliki lebih dari 84% solar sel yang ada dipasaran [6].

Penelitian agar harga solar sel menjadi lebih murah selanjutnya memunculkan generasi ketiga dari jenis solar sel ini yaitu tipe solar sel polimer atau disebut juga dengan solar sel organik dan tipe solar sel foto elektrokimia. Solar sel organik dibuat dari bahan semikonduktor organik seperti polyphenylene vinylene dan fullerene.

Berbeda dengan tipe solar sel generasi pertama dan kedua yang menjadikan pembangkitan pasangan electron dan hole dengan datangnya photon dari sinar matahari sebagai proses utamanya, pada solar sel generasi ketiga ini photon yang datang tidak harus menghasilkan pasangan muatan tersebut melainkan membangkitkan exciton. Exciton inilah yang kemudian berdifusi pada dua permukaan bahan konduktor (yang biasanya di rekatkan dengan organik semikonduktor berada di antara dua keping konduktor) untuk menghasilkan pasangan muatan dan akhirnya menghasilkan efek arus foto (photocurrent) [7-8].

Tipe solar sel photokimia merupakan jenis solar sel exciton yang terdiri dari sebuah lapisan partikel nano (biasanya titanium dioksida) yang di endapkan dalam sebuah perendam (dye). Jenis ini pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Graetzel pada tahun 1991 sehingga jenis solar sel ini sering juga disebut dengan Graetzel sel atau dye-sensitized solar cells (DSSC) [4].

Graetzel sel ini dilengkapi dengan pasangan redok yang diletakkan dalam sebuah elektrolit (bisa berupa padat atau cairan). Komposisi penyusun solar sel seperti ini memungkinkan bahan baku pembuat Graetzel sel lebih fleksibel dan bisa dibuat dengan metode yang sangat sederhana seperti screen printing. Meskipun solar sel generasi ketiga ini masih memiliki masalah besar dalam hal efisiensi dan usia aktif sel yang masih terlalu singkat, solar sel jenis ini akan mampu memberi pengaruh besar dalam sepuluh tahun ke depan mengingat hargan dan proses pembuatannya yang sangat murah.

dikutip dari tulisan Brian Yuliarto PhD, Dosen Teknik Fisika ITB
Referensi

1.    M. Matsumura, Utilization of Solar Cell, Lecture Notes Research Center for Solar Energy Chemistry, Osaka University 2009.
2.    Smestad, Greg P. , Optoelectronics of Solar Cells. SPIE Press: Washington 2002.
3.    K. West, Solar Cell Beyond Silicon, Riso International Energy Confrence, 2003.
4.    M. Gratzel, Nature 414 (2001) 338.
5.    S.M. Sze, Physics of Semiconductor Devices 2nd edition, Chapter 14, John Wiley and Sons 1981.
6.    Wikipedia encyclopedia, Solar cell, 2005 (http://en.wikipedia.org/wiki/solar_cell)
7.    C. J. Brabec, N.S. Sariciftci, J.C. Hummelen, Advanced Functional Materials, 11 (2001) 15.
8.    B.A. Gregg, J. Phys. Chem. B 107 (2003) 4688.
9.    Brian Yuliarto, Serba-serbi Energi, Penerbit ISTECS 2005.

Tulisan pertama mengenai sel surya

Hal yang selalu menggelitik pikiran saya ialah kenapa suatu produk bisa menjadi mahal atau bernilai beli tinggi. Pembaca sekalian tentunya lebih paham mengenai faktor-faktor yang menentukan harga suatu produk, penyebabnya beragam, bisa disebabkan oleh biaya produksi, transportasi ataupun jumlah produknya yang terbatas/langka. Hal ini juga berlaku untuk harga dari suatu produk atau komoditas yang berbentuk energi, sebut saja listrik ataupun bahan bakar.

Mengenai sel surya sesungguhnya bukanlah hal yang baru dalam dunia energi, karena penelitian sel surya sudah dimulai semenjak manusia mengembangkan teknologi untuk berangkat ke luar angkasa, dimana satu-satunya sumber energi yang tersedia di atas sana tentu saja berasal dari tenaga matahari. Mana ada minyak, batubara, angin apalagi air. Cahaya matahari dikonversi menjadi listrik dan digunakan untuk berbagai keperluan awak ataupun peralatan.

Jangan tanya disini bagaimana proses cahaya diubah menjadi listrik, tulisan ini cuma tulisan sederhana saja dan google bisa menyediakan banyak informasi detail untuk anda. Yang menjadi menarik adalah apakah atau tepatnya kenapa energi yang dihasilkan oleh sel surya ini mahal?

Jawaban sederhananya, pasti mahal karena listrik itu tidak begitu saja datang ke depan pintu rumah anda, tetap ada kemungkinan sampai ke rumah anda dalam bentuk petir sebagaimana terjadi pada cuaca buruk, tapi saya ragu anda bisa memanfaatkan listrik dari petir apalagi menyimpannya menjadi sesuatu yang berguna, yang ada mungkin anda ketakutan. Yang banyak digunakan orang ialah listrik yang disediakan oleh perusahaan penyedianya. Listrik itu bermanfaat karena menjadi sesuatu yang diperlukan untuk menghidupkan peralatan-peralatan elektronika, di masa sekarang ini segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup modern pasti menggunakan peralatan-peralatan elektronik.

Lalu kenapa mahal?

Jawabannya bisa dikaji secara ekonomi (seperti alinea pertama tulisan ini), bisa dikaji secara politik juga. malah kalau dikaji dari politik bisa berkembang menjadi teori konspirasi juga, terlalu bias dan ngawur tapi tetap menarik karena bisa mempertajam analisis dan pola pikir saya pribadi.

Secara ekonomi, komponen utama sel surya itu mahal karena masih diimpor. Kita semua tahu barang impor itu mahal, kenapa mahal, karena belinya pakai dollar dan biaya kirim yang tinggi, hampir semua barang yang di beli pake dollar itu mahal dibanding bila bisa diproduksi dalam negri

Secara teknis, sistem listrik yang tenaganya dari sel surya itu umumnya menggunakan baterai, untuk menyimpan daya listrik di siang hari dan digunakan di malam hari. jadi baterai itu komponen yang juga menambah harga atau nilai investasi dari sebuah sistem. kita tetap harus beli baterei walaupun sudah punya panel surya. kalau tidak yang sistem nya cuma bisa pake siang hari waktu matahari bersinar saja atau menjualnya sebagaimana dalam tipe sistem energi yang on-grid.

Lalu kalau kita sudah punya sistem listrik surya, masih ada komponen-komponen lain yang diperlukan supaya sistem kita menjadi efisien. Apa saja? terlalu detail, saya yakin nanti anda bosan bacanya disini, perlu artikel tersendiri

Sekian dulu untuk kali ini, terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di tulisan saya yang lain. salam.

Sunday, February 28, 2016

Program Indonesia Terang Segera Direalisasikan Untuk Penuhi Target Elektrifikasi di Desa Tertinggal

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan Program Indonesia Terang (PIT) dalam rangka memenuhi target peningkatan rasio elektrifikasi nasional dari 85 persen pada tahun 2015 menjadi 97 persen di tahun 2019. PIT juga menjadi bagian dari target pemerintah menyediakan akses penerangan bagi masyarakat Indonesia secara merata melalui pembangunan pembangkit 35.000 MW.

Hingga saat ini, masih ada 12.659 desa tertinggal yang belum memperoleh akses listrik dari jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN), bahkan 2.519 desa diantaranya belum terlistriki sama sekali. Desa-desa ini sebagian besar tersebar di Provinsi Papua dan di kawasan Indonesia Timur lainnya. Di Provinsi Papua dan Papua Barat masih ada 18 kabupaten yang sama sekali belum terjangkau oleh listrik PLN, yaitu di Pegunungan Bintang, Tolikara, Yahukimo, Puncak Jaya, Lanny Jaya, Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, Puncak, Nduga, Intan Jaya, Yalimo, Supiori, Paniai, Dogiyai, Deiyai, Teluk Wondama, Tambraw, dan Maybrat. PIT akan segera dilaksanakan tahun ini, dimulai dari kawasan Indonesia Timur, dengan berupaya melistriki 10.300 desa hingga akhir 2019.

“Melistriki desa-desa tertinggal yang letaknya jauh dan tersebar di pelosok-pelosok negeri membutuhkan pendekatan khusus. Desa-desa ini umumnya sulit dijangkau moda transportasi biasa karena menantang dari sisi geografis dan prasarana transportasinya belum memadai. Populasi penduduk rata-rata sedikit dengan tingkat kepadatan yang rendah. Implikasinya, membangun jaringan listrik PLN menjadi sangat mahal dan membuat hitung-hitungan ekonomi PLN menjadi rugi. Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih khusus kepada masyarakat di desa-desa tertinggal ini supaya mereka dapat segera terlayani listrik. Tanpa kebijakan dan aksi yang berpihak, desa-desa tersebut mustahil bisa mengakses listrik sesuai target yang telah dicanangkan,” jelas Menteri ESDM, Sudirman Said.

Strategi pertama dalam implementasi PIT adalah memaksimalkan pemanfaatan energi setempat yang erat kaitannya dengan energi terbarukan, seperti energi surya, air, angin, biomassa, hingga arus laut. Dengan memanfaatkan energi setempat, pembangunan pembangkit dan transmisi listrik dapat dibangun secara lokal (off-grid), berbasis desa atau pulau, dan tak harus menunggu datangnya jaringan listrik dari pusat.

Indonesia memiliki kelimpahan potensi energi terbarukan. Diperkirakan lebih dari 300.000 MW, namun pemanfaatannya masih sangat minim, atau kurang dari 3 persen. Kendala utama pemanfaatan energi terbarukan adalah akses kepada teknologi energi

terbarukan yang masih mahal. Kendatipun sumber energinya dapat diperoleh tanpa bayar, tak ayal harga satuan listriknya tetap mahal.

Pusat Keunggulan Energi Bersih (Clean Energy Center of Excellence/CoE) yang sedang dikembangkan di Bali diharapkan dapat menyiapkan teknologi energi terbarukan yang terjangkau, dimanfaatkan, dan diakses masyarakat di pelbagai pelosok. Pusat ini juga akan melatih dan membina orang muda Indonesia untuk menjadi tenaga ahli yang terampil dalam mengimplementasikan PIT yang berbasis energi terbarukan. Bekerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan di banyak daerah, Pusat Keunggulan Energi Bersih menyiapkan sumber daya lokal siap pakai.

Tahapan yang akan dilakukan oleh Kementerian ESDM dalam melaksanakan PIT adalah: (i) Konsolidasi data dan sinkronisasi perencanaan di tingkat pusat direncanakan akan tuntas pada bulan Maret 2016; (ii) Pelatihan perencanaan kelistrikan desa akan dilaksanakan selama periode Maret sampai Juni 2016; (iii) Perencanaan kelistrikan desa dilakukan di tingkat provinsi dan kabupaten sepanjang tahun 2016; (iv) Implementasi PIT dimulai tahun ini dengan sejumlah lokasi percontohan dan dilanjutkan secara menyeluruh hingga tahun 2019.

Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan juga penting, terutama mitra pemerintah dalam mengembangkan listrik pedesaan. Kebijakan pengembangan listrik lokal (off-grid) menawarkan kesempatan luas bagi swasta untuk berpartisipasi dalam PIT, bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun daerah, dengan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, hingga badan usaha milik desa.

PIT akan dimulai di enam provinsi paling timur Indonesia, yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Sebanyak 65 persen desa tanpa listrik dan/atau tanpa jaringan PLN, semisal swasta, swadaya, atau perseorangan berada di enam provinsi tersebut. Ketertinggalan dan kesulitan akses lah yang membuat keenamnya menjadi provinsi yang penting digarap pertama kali.

Dimulai dari kawasan Timur, PIT akan terus bergerak secara cepat ke kawasan Indonesia Barat. Desa-desa tertinggal lainnya di berbagai provinsi di tanah air akan digarap dengan model pendekatan yang serupa dengan lokasi-lokasi percontohan, tentunya dengan penyesuaian berdasarkan pembelajaran dari pelaksanaan sebelumnya. Secara total, PIT berpotensi mengembangkan 500 MW hingga 1000 MW (1 GW).